Profil

AHLAN wa Sahlan wa Marhaban

Blog ini kami khususkan berisi fawaid audio dan tulisan dari guru dan saudara kami fillah Al-Ustadz Abu Hazim Muhsin waffaqahullah waro'ahu.

Walillahilhamdu wal minnah...

(C) 1442/2020

-----------------------------------------------------------------------------

Profil Singkat

Bismillahirrohmanirrohiim, Alhamdulillah segala puji bagi Alloh Robb Semesta Alam, Sholawat dan Salam kepada Junjungan kita Nabi Muhammad, -shallallahu ‘alayhi wasallam- Keluarga dan Shohabat-nya.

Karena banyaknya ikhwah yang meminta kepadaku untuk menyebutkan Silsilah Guru-guru Al-Qur’an yang aku belajar kepada mereka, walaupun sebenarnya aku tidak ingin menyebutkan, tetapi sesuai dengan Firman Alloh Subhanahbu wa ta’ala “Wa amma bini’mati robbika fahaddits” (Dan terhadap Nikmat Robbmu, maka hendaklah kamu menyebut-menyebutnya) maka aku sebutkan berikut ini:

Alhamdulillah sejak kecil aku sudah belajar Al-Qur’an karena Ayahku yang menjadi Imam Masjid, waktu itu banyak yang datang ke masjid, aku belajar bersama dengan mereka, disamping itu aku senang mendengar lantunan al-Qur’an di Radio. Dengan karunia Alloh aku bisa meniru lagu-lagu mereka, sehingga tatkala ada lomba MTQ ditingkat Kecamatan maka aku dikirim perwakilan SDN Sidorejo 1 untuk ikut lomba itu, waktu itu aku kelas 5. Alhamdulillah aku menjadi juara 1 tingkat kecamatan. Setelah menyelesaikan SD, aku masuk ke SMPN 1 Plaosan – Magetan, diwaktu itu ada lomba MTQ tingkat SMP, Alhamdulillah aku menjadi juara 1. Selanjutnya aku melanjutkan pendidikan ke Madrosah ‘Aliyah Muro’atuddin, Magetan. Disana aku pertama kali diperkenalkan belajar lagu-lagu Al-Qur’an dan belajar di Masjid Agung Magetan. Guruku bernama Muhammad Marqiddin asli Ngawi, Alhamdulillah dalam tempo sebentar aku bisa mengikuti lagu-lagu dengan baik, sehingga tatkala ada lomba MTQ tingkat kabupaten, akupun mengikutinya. Dan dengan idzin Alloh aku juara 1, kemudian aku dikirim ke tingkat propinsi dan sudah dimaklumi bahwa tingkat propinsi agak berat, karena Maqro’ panitia yang menentukan dan harus bisa membuat lagu-lagu sendiri, dan akupun yang baru setahun belajar lagu-lagu sehingga aku tidak mendapatkan juara, hal tersebut tidak membuatkan patah semangat untuk terus belajar, sampai 3 tahun aku belajar kepadanya. Waktu itu aku sering diminta untuk membacakan Al-Qur’an dipertemuan-pertemuan besar dan acara-acara resepsi pernikahan. Aku juga sudah mulai mengajar seni baca al-Qur’an di Kampungku. Adik-adikku juga belajar, sehingga tatkala MTQ tingkat Kabupaten, kedua adikku yakni Abu Arqom dan Ummu ‘Affan juara 1 untuk tingkat putra-putri. Kemudian aku belajar kepada Qori Nasional bernama KH. Syahrur Munir. Waktu itu mempelajari surat Al-Ahzab.

Kemudian aku melanjutkan pendidikan ke IAIN Ponorogo, disamping belajar di IAIN, aku belajar di Pondok Pesantren Manba’ul Hikmah, dibawah asuhan KH. Maghfur Hasbulloh, di pondok pesantren itu aku ditugaskan menjadi Mu’adzdzin di Masjid Jami. Setiap shubuh aku pergi belajar Al-Qur’an kepada KH. Husain ‘Ali asli demak pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an, aku belajar kepadanya dari Surah Al-Baqoroh sampai Al-Isro’, pagi sampai siang kuliah di IAIN, sore hari aku mengajar di Madrosah Manba’ul ‘Ulum, Singosaren Ponorogo. Waktu-waktuku sangat padat disamping banyak sekali undangan untuk membaca Al-Qur’an dipertemuan. Tiap malam ahad aku belajar seni baca kepada guruku Nafi’ asal kediri, ketika ada delegasi perwakilan antar IAIN se Jawa Timur aku dikirim ke surabaya untuk mengikuti pelatihan seni baca Al-Qur’an dibawah asuhan Qori’ Nasional KH.Thoha Hasan. Alhamdulillah aku juga sering mengikuti pelatihan dibawah asuhan Qori’ Internasional KH. Abdulloh Abdul Hamid, sambil tetap belajar kepada guruku Nafi’. Alhamdulillah walapun dengan kesibukan yang ada aku termasuk 7 orang yang lulus pada angkatan pertama kali di IAIN Ponorogo, di akhir-akhir masa belajar di IAIN, mulailah aku mengenal dakwah Ahlus Sunnah, aku sering mengikuti majelis-majelis ilmu Ja’far ‘Umar Tholib di jogjakarta, sempat pula mengikuti majelis Syaikh Yahya Silmy.

Selesai kuliah di IAIN aku kembali belajar kepada guruku Asmuji Lc. di Takeran, Magetan selama 2 tahun, dan saat itu aku masih aktif mengikuti MTQ sehingga aku kembali ikut perlombaan MTQ di Kabupaten Magetan dan menjadi juara 1 golongan dewasa. Lalu ada pengumuman MTQ RRI-TV tingkat Propinsi Jawa Timur, berangkatlah aku ke sana, sudah ikut perlombaan disana aku sudah pesimis dalam benakku tidak mungkin akan menang dalam MTQ tingkat propinsi, karena sainganku adalah para qori’ ternama, sehingga aku pulang ke guruku Asmuji, ternyata namaku sering diumumkan di televisi saat itu untuk mengikuti semi final, namun aku tidak mengetahui, hingga hari terakhir pengumuman ada seseorang yang memberitahu kepadaku tetang pengumuman itu, waktu sudah tidak mungkin bisa dikejar hanya tersisa 4 jam, sementara jarak Magetan ke Surabaya sekita 4,5 jam. Tapi mungkin ada hikmahnya, karena ada panggilan belajar ke Darul Hadits Dammaj- Yaman, maka pada tahun 1997 aku berangkat ke sana, saat itu ada 7 orang yang berangkat, maka aku tidak lagi bergelut dengan seni baca Al-Qur’an.

Di Darul Hadits Dammaj Yaman, aku belajar kepada al-‘Allamah Imam Muqbil bin Hadi al-Wadi’iy dan al-Muhaddits Abu ‘Abdirrohman Yahya bin ‘Aly al-Hajuri, disamping juga belajar mengambil ilmu dengan puluhan guru untuk belajar Aqidah, Al-Qur’an, Al-Hadits, Nahwu, Mushtolah, Fiqh dan disamping belajar juga menghafal. Adapun ilmu bacaan Al-Qur’an aku belajar khusus kepada Abu Hafsh al-Maghriby. Waktu itu banyak teman-teman dari Indonesia yang juga ikut belajar, namun tatkala praktek membaca mulai Al-Baqoroh sampai An-Naas hanya tersisa 8 orang, dari indonesia saya sendiri. 7 lainnya ahlul yaman termasuk adik Syaikh Ahmad al-Wushoby bernama Kholid sekarang Imam di Masjidil Khoir Markiz Syakh Muhammad ash-Shoumaly di Shon’a-Yaman. Waktu itu sebenarnya guruku Abu Hafsh al-Maghriby hendak memberikan ijasah sanad sampai Nabi –shallallahu ‘alayhi wa sallam- namun Qoddarulloh beliau ditangkap polisi Yaman dan di pulangkan kenegaranya. Selanjutnya aku belajar qiro’ah kepada Abu Hafsh Ibrohim al-Faqih ash-Shon’any, belajar qiro’ah Syu’bah, Qolun dan Warsy. Lalu aku belajar qiro’ah lagi ke Sulaiman at-Tuhyaty melalui 14 cabang qiro’ah, di Darul Hadits Dammaj aku diberi amanat untuk menjadi Mu’adzzin sekitar 5 tahun, kadang menjadi Imam Sholat rowatib, belajar di sana hampir 10 tahun. Alhamdullillah.

-----------------------------------------------------------------------------