Tariq al-Azraq dan al-Ashbahani Dalam Qira’ah Nafi’ Riwayat Warsy
Imam Warsy memiliki 2 murid terkenal yaitu Abu Ya’kub al-Azraq dan Abu Bakar
al-Ashbahani. Kedua murid inilah yang menjadi rujukan umat dalam membaca
al-Qur’an qira’ah Nafi’ riwayat Warsy.
Jika dalam qira’ah Ashim riwayat Hafsh, kita mengenal tariq asy-Syatibiyyah
dan ath-Thayyibah (tariq yang banyak digunakan di Indonesia), maka dalam
qira’ah Nafi’ riwayat Warsy, terdapat tariq al-Azraq dan al-Ashbahani.
Tidak seperti halnya tariq asy-Syatibiyyah dan ath-Thayyibah dalam qira’ah
Ashim riwayat Hafsh yang perbedaannya sangat kecil, tariq al-Azraq dan
al-Ashbahani memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Perbedaannya bukan
hanya dalam masalah mad melainkan juga dalam masalah yang lebih luas.
Tujuan utama penulisan artikel ini adalah membagikan informasi dasar kepada
saudara-saudara seiman bahwa dalam riwayat Warsy terdapat tariq al-Ashbahani
yang lebih mudah dipelajari.
Saat ini, qira’ah Nafi’ riwayat Warsy banyak digunakan oleh saudara-saudara
kita di Maroko, Tunisia, sebagian Libya, sebagian Mesir, dan sebagian
saudara-saudara kita di negara-negara Afrika yang lain. Riwayat Warsy tariq
al-Azraq terkenal lebih sulit dipelajari daripada riwayat-riwayat dalam
qira’at lain.
Kesulitan dalam mempelajari riwayat Warsy tariq al-Azraq dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
-
Qira’ah Nafi’ riwayat Warsy tariq al-Azraq membutuhkan nafas yang
panjang karena banyaknya mad yang dibaca dengan thul (enam harakat).
- Banyaknya penggunaan taqlil (imalah shughra). Jika telinga kita kurang peka maka bacaan taqlil akan terdengar sama dengan bacaan fathah, terutama jika bacaan taqlil jatuh pada huruf Lam. Hanya tiga riwayat dalam qira’at sab’ah yang menggunakan taqlil yaitu qira’ah Nafi’ riwayat Warsy dan dua riwayat dalam qira’at Abu Amru. Hal ini menyebabkan taqlil menjadi sesuatu yang asing bagi sebagian orang—berbeda halnya dengan fathah, kasrah, dan dhammah yang lazim ditemui dalam semua qira’at.